Jumat, 17 Januari 2014

Contoh Naskah Drama


Karya : Fathya Hayati Febrizka
Naskah Drama


Sesuatu Yang Berharga


Disebuah SMP, terdapat enam perempuan yang bersahabat. Yaitu Thya, Alisya, Zahira, Inayah, Sahara, dan Elita. Terkadang mereka di sebut Thya ts (teman sejati). Mereka menjalin persahabatan sejak masuk SMP, sampai kelas VIII sekarang. Mereka semua teman sekelas. Tapi, persahabatan itu mulai retak karena ada seorang anak baru yang mengacaukannya. Sebut saja Renia. Ia anak orang kaya yang tidak memiliki sopan santun.
Suatu ketika. Dimana hari sedang panas, Thya ts sedang duduk-duduk di taman sekolah, sesekali mereka saling menjahili satu sama lain, bernyanyi sambil bermain gitar, membuat lelucon, dan lain-lain.
Thya : “Aku bermimpi… tentang hari ini…. Disaat kita.. berdua.. selalu bersama… “ (bernyanyi dengan suara yang merdu)
Alisya : “Dan bila nanti… kau ingat kembali…. Masa-masa inilah.. yang akan   kita kenang selalu…. "
Semua : “Kau tak sendiri… ku selalu bersamamu… temani aku.. sampai habisnya                             waktu….” (menatap dengan sinis pada Renia yang dating dengan suara lantangnya)
Renia : “Ih…!! Suara pas-pasan aja, mau nyanyi. Diem aja deh mendingan,”                                      (dengan wajah menghina)
Thya : “Eh.. suka-suka dong! Kayak suara kamu aja yang paling enak, KD kalah cempreng tuu!” (dengan tampang ketus)
Alisya : “Udah! Udah! Kalian ini apa-apaan sih. Kayak anak kecil aja, kita ini udah SMP bukan anak kecil lagi. Ngerti kalian?!! “ (berkata dengan bijak sana)
Thya dan Renia : (hanya mengangguk)
Alisya : “Dan kamu, Renia! Kamu itu suka banget ya, gangguin orang. Urusin aja diri kamu sendiri, jangan bisanya ngurusin orang. Ngerti?!! “ (dengan setengah berteriak)
Renia : (pergi tanpa memperdulikan kata-kata Alisya)
            Mereka kembali bercanda-canda. Alisya merasa puas sudah memarahi Renia. Ia sudah lama tidak menyukai kelakuan Renia yang sombong itu semenjak dia masuk di SMP mereka. Yang lain juga begitu sama tidak sukanya dengan Renia. Walaupun mereka tidak menyukai Renia, tapi mereka masih menganggap dia sebagai teman. Itulah namanya persahabatan.

-Script 1-
Keesokan harinya…
            Pagi yang indah. Alisya, Zahira, Inayah, Sahara, dan Elita sedang duduk bergerombol di kelasnya. Mereka sedang membuat PR.
Thya    : “Good morning friends!! “ (dengan senyum mengembang di wajahnya ia                                       memasuki kelas)
Semua : “Good morning!!” (sambil tersenyum menyapa Thya)
Mereka kembali mengerjakan PR. Thya meletakkan tasnya di meja.
Thya    : “Lagi buat PR ya? “ (sambil bergabung dengan yang lain)
Inayah : “Yupz.. gitu dee!! (sambil menaik-turunkan alisnya)
Thya    : (diam hanya mengangguk)
Mereka diam sejenak.
Zahira  : “Mmm… ngomong-ngomong. Kamu udah buat PR, Ya? “ (sambil berhenti menulis)
Thya    : “Udah, doong! Akukan nggak kayak kalian, yang males buat PR.”
Sahara : “Alah! Sombong… “ (dengan bibir monyong)
Thya    : “Hehehe…main-main kok. Nggak beneran kalik! …Emang kenapa?“ (sambil                    cengengesan)
Zahira  : “Nggak. Nanya doang! “ (sambil menggeleng)
Elita     : “Alah! Nggak usah boong. Aku tau pasti Zahira mau nyontek PR kamu, Ya. Iya, kan Za?!!” (sambil bermain mata dengan Zahira)
Alisya  : “Udah-udah, diem!” (berusaha menetralisirkan suasana)
Inayah  : “Bentar lagi masuk nih! Nanti malahan nggak kelar-kelar PR kita!!”
Semua terdiam. Mereka melanjutkan membuat PR yang banyak.

-Script 2-
Siangnya, Renia yang sangat membenci Thya cs bertemu dengan Sahara dan Elita. Renia memanfaatkan keadaan yang lagi dialami Sahara dan Elita. Mereka berdua sedang tidak memiliki uang untuk belanja dikantin. Sahara dan Elita tidak mungkin minta traktir sahabat-sahabatnya, ia tidak enak hati. Jadi, siang ini Renia bermaksud untuk menyogok mereka dengan uangnya yang banyak. Dan untuk menghancurkan persahabatan mereka berenam.
Sahara dan Elita : (duduk termenung di kursi kantin)
Renia : “Ehm.. nggak jajan nih?!” (berusaha menarik simpati Sahara dan Elita)
Elita   : “Nggak. (jawabnya tak acuh)
Renia  : “Kenapa?” (berkata dengan nada lembut)
Sahara : “Kenapa? Kamu tanya kenapa! Mikir dong pake otak. Jangan pake dengkul.”                      (dengan nada meninggi)
Renia terdiam, ia mencoba bersabar.
Elita     : “Kamu taukan kami enggak sekaya kamu?” (bekata murung)
Renia   : “Ya.” (dengan sok)
Elita     : “Jadi ngapain lagi nanya. Uda taukan!”
Renia   : “Ya, aku tau. Aku cuma mau traktir kalian aja. Mau nggak? Gratis!” (merayu)
Sahara : “Nggak, makasih!”
Renia   : “Beneeer. Gratis lho!” (terus merayu)
Sahara dan Elita berpikir.
Sahara dan Elita : “Tumben baik?!” (memandang dengan curiga)
Renia : “Udahlah, nggak usah curiga gitu! Mumpung aku lagi baik niih. Mau nggak?”  (semakin kuat merayu)
Sahara dan Elita : “Oke!”
Dengan mudah terpengaruhnya. Renia memberi mereka uang sepuluh ribuan. Lalu mulailah ia menghasut Sahara dan Elita dengan segala sogokan uangnya, untuk tidak bersahabat dengan Thya ts. Dengan berat hati mereka setuju, imbalan yang ditawarkan adalah setiam hari mereka di beri uang sejumlah dua puluh ribu per-orang.
-Script 3-
Keesokan harinya…
    Alisya dan Thya sedang duduk di kelas mereka.
Alisya  : “Ya. Aku heran deh. Kenapa sekarang Elita dan Sahara menjauhi kita?
Thya     : “Kamu nggak liat apa! Mereka sekarang udah terpengaruh Renia. Tadi pagi aku liat mereka jalan sama Renia. (dengan tampang marah)
Alisya   : “Oh, ya?! Kenapa bisa? (dengan nada terkejut)
Thya      : “Itulah yang aku nggak tau, (dengan wajah murung)
Alisya dan Thya hanya tersenyum murung.
-Script 4-
Siang itu juga Alisya dan Thya bermaksud untuk memberi tahu itu semua pada Inayah dan Zahira. Thya bingung memikirkan semua itu. Alisya juga begitu. Mereka akan merundingkannya bersama di ruang perpustakaan.
Inayah : “Hei, fren!”  (berkata sambil memasuki ruangan)
Semua : “Hei!” (sahut dengan gembira)
Zahira : “Oke. Kita semua udah berkumpul di sini. Jadi sekarang kalian mau apa panggil aku dan Inayah kesini?” (menatap Alisya)
Alisya : “Ya, kamu aja deh yang jelasin!” (melirik Thya)
Thya : “Gini. Kalian sadarkan, Sahara dan Elita jarang gabung dengan kita lagi. Mereka lebih milih gabung sama Renia. Jadi aku dan Alisya berencana ingin menyadarkan mereka.” (berkata bijak)
Inayah : “Tapi gimana caranya?”
Alisya : “Udahlah Thya! Biar aku aja yang memikirkan rencananya.” (berkata dengan nada meninggi)
Thya : “Kamu jangan egois gitu dong, Sya! Kita ini sahabat, jangan main sendiri. Berbagi dikit dong,”
Alisya : “Okelah,” (berkata tanpa menatap mata Thya)
Zahira : “Udah-udah! Diem semua.”
Semua terdiam. Dan mereka mulai merundingkan dengan bisik-bisik.
-Script 5-
Bintang yang setia pada malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah lelah terangi dunia ini. Seperti itulah persahabatan, selalu setia tanpa diminta. Saling mengerti tanpa harus memohon. Tak ada satupun orang di dunia ini yang hidup tanpa persahabatan, persahabatan adalah kisah terindah yang tak terlupakan bagi setiap insan yang pernah merasakannya.
Zaira, Thya, Alisya, dan Inayah sedang duduk bergerombol bersama dikantin. Mereka mengobrol, bernyanyi sambil sesekali tertawa lantang, saling menjahili satu sama lain. Sungguh seperti sebuah keluarga yang harmonis. Tpi sekarang sedikit retak karena Sahara dan Elita pergi berteman dengan Renia.
Karena merasa iri hati, Renia, Sahara, dan Elita datang untuk mengacaukan suasana.
Renia : “Hei! Kalian semua ngapain disini?!” (dengan suara lantang)
Alisya : “Ngak liat apa, kami lagi minum! (berusaha menandingi nada tinggi Renia))
Zahira : “Heh, ngapain kalian disini?! Ganggu aja,”(menggeleng-gelengkan kepala)
Renia : “Ya mau belanja. Dan mau ngambil tempat kalian! Ya nggak Sahara?”
Sahara : “Ya,” (menjawab dengan murung)
Renia : “Ta, beliin minum buat aku. Yang dingin!” (memerintah sambil memberikan uang lima ribuan)
Elita : “Ya” (buru-buru pergi meninggalkan mereka)
Thya : “Elita jangan mau! (teriaknya mencoba mencegah)
Zahira : “Ah, bosan! Pergi aja yuk Thya? (menarik lengan Thya)
Thya : “Tapi…”
Mereka pergi meninggalkan Sahara dan Elita bersama Renia disana.
-Script 6-
Keesokan harinya…
Alisya : “Hai! Lagi ngapain kalian semua?”
Inayah : “Lagi duduk-duduk aja.”
Zahira : “Dari mana kamu Sya?”
Alisya : “Dari toilet.”
Thya : “Doyan banget kamu ke toilet. Emang beneran buang hajat, atau… doyan ama                     baunya?!!” (memandang jail)
Alisya : “Nggak ah! Enak aja,” (membantah dengan kesal)
Semua : (tertawa dan menggeleng)
Alisya : “Aduuuh… panggilan alam nih, aku ke toilet dulu ya…!” (buru-buru                                    meninggalkan mereka)
Thya : “Hahaha… baru aja di bilangin! Udah minta di setor tuh.”
Inayah : “Iya. Alisya.. Alisya..!” (menggeleng-gelengkan kepala)
Thya : “Biasa lah, Na. kalo nggak gitu, bukan Alisya namanya!”
Zahira : “Eh, haus nih… minum es enak kali ya??” (memegangi leher)
Inayah : “Iya juga ya. Oke, kalo gitu aku beli es dulu ya, tunggu di sini aja sama Thya,” (berlalu pergi meninggalkan Zahira dan Thya)
Lama terdiam.
Thya : “Ra.. sebenernya beberapa bulan ini ada yang beda dari aku, aku udah nggak bisa nyembunyiin ini semua. Dan menurutku cuma kamu yang bisa jaga rahasia ini.”
Zahira : “Rahasia? Cerita aja, Ya.. kita kan temenan udah lama. Lagian aku udah siap kok buat jadi pendengar yang baik,” (berusaha meyakinkan Thya)
Tanpa mereka sadari, Inayah berdiri di kejauhan dengan beberapa bungkus es di tangannya. Inayah melihat Zahira dan Thya sedang asyik bercerita, dan mengurungkan niatnya untuk menghampiri mereka. Ia melamun. Dan saat tersadar dari lamunannya, ia menuju Zahira dan Thya, dan tersentak ia terkejut mendengar ucapan Thya.
Thya : “Aku.. kurang suka sama sikap… Alisya yang egois itu!!” (dengan ragu)
Inayah : “Hah..?! Thya…” (berkata lirih)
Kebetulan Alisya juga sudah datang.
Alisya : “Hah?!” (datang tiba-tiba dan mendengar ucapan Thya yang membuatnya kesal)
Di saat itu pula pertengkaran terjadi.
Zahira : “Eh, kalian udah pada balik!” (sambil tersenyum dengan sapaan halus)
Alisya : “Ya.. kamu serius nggak suka sama sikap aku yang egois itu?! (dengan tampang    serius dan marah)
Thya : “Hmm.. ngomong apa sih, kamu..? (pura-pura tidak tahu)
Alisya : “Halah..!! gak usah bo’ong deh.. aku udah denger kok semuanya!” (dengan nada agak tinggi)
Zahira : “Kamu salah denger, kali?” (berusaha menengahi)
Alisya : “Ya, kayaknya kamu juga harus perlu tahu! Aku juga nggak suka sama sikap kamu yang meraja itu. Yang sering disebut Thya ts itu! Emang kamu BOS!                       Bukan kan?! Udah lama aku nggak suka sikap kamu. Hanya aku pendam aja selama ini!! Aku terus menahan dan menahan! Hanya untuk mencoba                                      mempertahankan persahabatan kita.” (marah-marah)
Inayah : “Hei, udah diem semua!!” (berusaha menandingi nada tinggi Alisya dan Thya)
Thya : “Oh gitu ya?! Berarti kamu tuh yang harusnya nyadar. ‘Ubah’ sikap kamu yang egois itu!! Semua, sikap negative kamu yang jelek itu. Ubah, Sya, Ubah!!!” (balik marah dengan suara meninggi)
Keadaan semakin parah karena tidak ada yang mau mengalah.
Zahira : “Udah, udah… jangan bertengkar cuma gara-gara masalah sepele kayak gini!” (berusaha melerai)
Inayah : “Kita udah temenan lama, jangan sampai semua ini rusak!!” (berkata paling bijak)
Alisya : “Hah, peduli setan!” (meninggalikan temen-temenya dan pergi menyendiri)
-Script 7-
Sialnya, tiga orang yang sangat membenci Thya cs mengetahui perkara ini. Renia memanfaatkan keadaan ini untuk menghancurkan persahabatan mereka lagi. Dengan dua teman barunya, mereka mempengaruhi Alisya supaya memusuhi dan membenci semua sahabatnya itu.
Alisya : (duduk termenung, sendiri, dan terdiam)
Renia : “Ehm.. kok cemberut sih??” (berusaha menarik simpati Alisya)
Elita : “Ada masalah ya, Sya?”
Alisya : “Katanya sahabat, masak harus benci-bencian kayak gini?! Kesel kan, jadinya!!                 (berkata dengan nada ketus)
Sahara : “Sabar aja deh. Mending sementara nggak usah temenan deh sama mereka. Nanti kan jadi saingan yang nggak sehat!” (merayu)
Elita : “Iya, bener tuh,” (meyakinkan Alisya)
Alisya : “Gitu, ya..?”
Renia : “Gini aja, mending mulai sekarang kamu gabung ama kita berdua. Nanti kita akan bantu kamu ngalahin si Thya gingsul itu!”
Sahara : “Iya, bener, Sya. Kita bela kamu kok!
Alisya : “Emang boleh..??”
Renia, Sahara, dan Elita : “Ya boleh, lah!!”
Alisya hanya tersenyum, entah benar atau tidak keputusannya ini, dia tidak begitu peduli saat itu. Mereka pergi.
-Script 8-
Keesokan harinya..
      Zahira dan Inayah bertemu di kantin sekolah
Inayah : “Menurutku, kita harus cepet bikin rencana. Untuk menyatukan mereka lagi. Kasih kesempatan buat mereka untuk saling memahami. Aku nggak mau mereka bertengkar terlalu lama.” (dengan wajah serius)
Zahira : “Oke, oke..! Kita bakal rencanain sesuatu untuk menyatukan mereka. Biar                            mereka nggak bertengkar sia-sia,”
Zahira pun berusaha menyusun rencana. Ia menemui Thya dan Alisya hari itu juga. Namun sayang, hanya Thya yang mau bertemu dengan Zahira, sedangkan Alisya lebih memilih menghindarinya.
Zahira : “Ya, aku tau kamu nggak suka sama Alisya. Tapi nggak gini juga kan?                                (berusaha memastikan)
Thya : “Yah, aku akuin aku nggak suka sama Alisya dari dulu. (dengan wajah murung)
Zahira : “Gini, Ya. Aku minta kamu ngertiin dikit, gimana dulunya kita susah                                    membangun persahabatan ini. Dari senang, sedih, susah, semua udah kita lewati bersama, kita rasakan bersama. Apa kamu nggak merasa sia-sia jika persahabatan ini kita selesain sampai didini aja.?! Dan sekarang Elita sama Sahara udah terpengaruh Renia.” (menerangkan dengan bijaksana)
Thya : “Oke. Aku ngerti kok. Cuma kayaknya sekarang Alisya udah terlanjur terpengaruh sama Renia. Kayaknya bakal sulit buat ngembaliin dia kayak dulu lagi,” (sambil mendesah putus asa)
Alisya, Renia, and the geng : (berjalan melewati Zahira dan Thya, namun bersikap tak                                                       acuh dan sama sekali tak peduli)
Zahira : “Alisya?”
Alisya : (berjalan terus tanpa henti)
-Script 9-
Merayu Alisya adalah salah satu cara yang dipakai Zahira untuk menarik perhatian Alisya. Hari ini pun Zahira akan berbicara empat mata saja dengan Alisya. Dan ia menuju ruang seni, ia melihat Alisya sedang termenung sambil bermain gitar tak karuan suaranya. Zahira berjalan menghampirinya.
Zahira : “Alisya…. Ngapain kamu di sini..?”
Alisya : “Eh, Zahira.. Iya, aku habis nganterin Renia ke toilet, tapi aku mau main gitardulu di sini, jadi dia pergi duluan. Terus.. kamu sendiri nagapain di sini?”
Zahira : “Ini, aku mau bicarain soal kamu dan Thya. Sebelumnya aku minta maaf, udah nyampurin urusan kamu dan dia.!!
Alisya : “Oh… Nggak papa kok, kamu kan sahabat aku.
Zahira : “Kamu taukan kita sahabat?”
Alisya : “Ngg… ya. Aku tau.
Zahira : “Kamu tau kita sahabat. Tapi kamu nggak bisa, coba membuka diri kamu untuk menjadi yang lebih baik. Cobalah memahami perasaan seseorang, sifat seseorang, tingkah lakunya, dan lain-lain. Renia itu bukan orang yang baik. Dia manfaatin keadaan kita yang lagi retak ini dengan menghasut kamu. Inget Sya, kita udah lama sahabatan. Kita semua tau siapa aja yang layak diajak temenan. Dan Renia nggak termasuk dalam kategori itu. Dia itu cuma mau ngehancurin kita aja..”
Alisya : “Tapi si Thya itu lho..” (memasang wajah kecut)
Zahira : “Aku udah jelasin semua tentang kita ke Thya. Dan dia ngerti. Dia mau maafkan kamu, ngerti perasaan kamu. Masa kamu nggak bisa ngerti??”
Alisya : “Mmmh.. gimana ya?? Iya sih, aku tau kita udah sahabatan baik. Tapi..”
Zahira : (menunggu Alisya sambil menatap matanya tajam)
Alisya :”.. mungkin aku pikir, aku akan memaafkan Thya juga!!”
Zahira : “Naah, gitu dong! Ya udah, kamu ikut aku aja ke kelas. Nanti kita tunggu Inayah dateng. Baru deh kita jelasin semuanya atas salah paham ini.
Alisya : “Ya udah deh, yuk. Eh.. tapi aku ke toilet dulu ya. Kamu jalan aja duluan, ntar aku nyusul kok,”
Zahira : “Oke, cepetan ya!” (langsung pergi)
Setelah selesai menjelaskan semuanya pada Alisya, Zahira berjalan menuju kelas. Saat ia berjalan, tiba-tiba bahunya tertabrak dengan bahu seseorang. Betapa kagetnya Zahira saat melihat ternyata bahu yang ia tabrak adalah bahu Sahara.
Sahara : “Aduuh…!” (sambil memegangi bahunya)
Zahira : “Oh, maaf, maaf.. Nggak sengaja, lagi buru-buru,”
Sahara : “Iya, iya. Nggak apa-apa,” (berkata dengan ketus)
Zahira : “.. lho? Sahara??”
Sahara : “Eh, Zahira.. aku mita maaf juga. Kira aku siapa.
Zahira : “Iya nggak papa. (ia melangkah pergi)
Sahara : “Zahira tunggu!
Zahira membalikkan badan. “Ada apa?”
-Script 10-
Kemudian, Zahira telah sampai dikelas, bersamaan dengan Inayah yang baru datang, dan Thya. Tak lama kemudian, Alisya mengetuk pintu.
Alisya : “Assalamualaikum…”
Semua : “Waalaikumsalam…”
Alisya : “Ehm.. aku boleh masuk, kan?” (sedikit ragu)
Zahira : “Eh, Alisya. Nggak papa masuk aja, Sya!”
Alisya : “Bolehkan aku duduk?”
Inayah : “Boleh! Duduk aja.”
Semua terdiam.
Alisya : “Sebenernya.. selain mau masuk kelas, aku dateng juga untuk minta maaf atas semua kesalahanku sama kalian selama ini. Termasuk, Thya. Zahira udah jelasin semua ke aku. Kalian mau, kan, maafin aku..?”
Thya : Aku juga minta maaf, soalnya udah ngomong kasar ke kamu, bilang aku benci kamu. Maafin aku juga, ya?”
Inayah : “Nah, kalau gini kan lebih enak, ya kan, Fren??”
Zahira : “Aku juga seneng kalo kita semua akur lagi kayak dulu,” (sambil tersenyum)
Inayah : “Makanya, laen kali kalo ada masalah kasih tau aja, kita nggak bakal marah kok!
Semua : (tertawa bersama-sama)
Sahara : “Eh, sorry kalo ganggu. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kalian. Selama ini aku salah pilih temen. Aku sadar Renia nggak terlalu baik buat aku. Kalian mau, kan, nerima aku jadi teman kalian??” (tiba-tiba muncul!)
Elita : “Iya aku juga minta maaf, sama kalian semua.”
Semua : “Ya boleh, lah!!”
Zahira : “Terus kemarin, kenapa kamu nggak mau temenan lagi sama kita-kita?!!”
Elita : “Maaf aku khilaf! Aku mau aja di sogok sama Renia dengan uangnya. Tapi sekarang aku dan Sahara udah sadar kok,”
Alisya : “Ya udah lah, yang penting kalian sekarang udah sadar dengan apa yang udah kalian lakukan.”
Sesaat kemudian, Renia memasuki kelas. Mengejutkan semuanya.
Thya : “Lho kok..?!”
Renia : “Iya, aku dateng untuk minta maaf sama kalian!
Inayah : “Bener, niiih…?!!”
Renia : “Ya, aku serius. Selama ini aku udah salah sama kalian semua. Jadi aku mau minta maaf sama kalian. Karena aku ingin memiliki banyak teman!
Inayah : “Iya-iya, kita mau kok maafin kamu! Tapi ada syaratnya, lho! Ya nggak!
Renia : “Apa syaratnya?”
Zahira : “Kita semua kamu traktir makan!!” (sambil tersenyum-senyum)
Thya : “Eitz.. satu lagi, Traktir kita-kita makan es krim ya…!!
Semua : (tertawa bersama-sama)
Tak ada satupun manusia di dunia ini yang sempurna. Mereka semua tak pernah luput dari kesalahan. Oleh karna itu meminta maaflah jika merasa bersalah. Dan maafkanlah bila ada yang bersalah. Semua akan indah jika kita saling memaafkan satu sama lain. Jadi sesuatu yang berharga itu adalah suatu ikatan persahabatan.


Selesai

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fathya Hayati Febrizka Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template